SIROSIS HATI
Penyakit yg ditandai oleh adanya peradangan diffus dan menahun pada hati diikuti proliferasi jaringan ikat, degenerasi sel-sel hati, shg terbentuk jaringan ikat diffus à hati menjadi mengecil dan menurun fungsinya
etiologi
1. Faktor makanan : malnutrisi, kekurangan vit. A,C,D dan protein dlm waktu lama
2. Keracunan alkohol
3. Hepatitis kronis
4. Penyakit wilson
5. Zat-zat toksik lain
Patologi
Adanya infiltrasi lemak ke dalam sel-sel hati dapat menyebabkan kerusakan / pecahnya sel hati
SIROSIS HATI
sirkulasi mikro, anatomi dan seluruh sistem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi fibrosis disekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi
KOMPLIKASI SIROSIS HATI
Hipertensi Portal
Varices Esophageal
Ascites
Hyperammonaemia
Hepatic encephalopathy (HE)
Hepatorenal syndrome
MASALAH MALNUTRISI
70% pasien SH mempunyai tanda2 malnutrisi energi dan protein.
Malnutrisi berhubungan dengan mortalitas
Proses kronik karakteristik adanya:
- jaringan fibrosis
- disorganisasi susunan lobuler dan
vaskuler
- sel hepatosit yang mengalami regenerasi
Konsekwensi:
Gangguan proses metabolisme
- Karbohidrat
- Protein
- Lemak
- Vitamin dan mineral
- Detoksifikasi
Gejala
Mual, muntah, anoreksia, demam, lekas lelah, BB turun, perasaan cepat kenyang, asites, hidrotorax, edema, ikterus, urin lebih tua warnanya.
Hepatomegali, hematemesis melena terdapat pd 6 – 30% pasien (disebabkan pecahnya varises oesofagus.
Kelainan endokrin : hiperpigmentasi areola mamae, aminorhea, impotensi, atrofi testis, spider nevi, dan eritma
Tujuan Diet
Memperbaiki/mempertahankan keadaan gizi
Mencegah kerusakan hati lebih lanjut dan memperbaiki sel hati yg belum begitu rusak
Syarat diet
Energi diberikan tinggi 40 – 45 kkal/kgBB bertahap
Hidrat arang tinggi agar protein tdk dipecah menjadi energi (gula-gula, sirup, manisan, dll) à 60 – 70 % tot kal
Protein 0,8 – 1,5 g/kg BB, diberikan sesuai keadaan pasien à mula-mula dicoba 0,5-0,79 g/kgBB sampai keseimbangan nitrogen ++
60-70 % protein bernilai biologi tinggi
Lemak mudah cerna 20 – 25% tot kal
Vitamin & mineral cukup, bila perlu ditambah suplementasi B komp, C, K, Zn, Mg
Na dan air dibatasi bila ada asites / edema
Porsi kecil, sering
Pemberian bentuk makanan sesuai pasien
Hindari alkohol
Pemeriksaan lab
1. Uji serologis & imunologi
Gamma globulin tinggi
HbsAg +++ dan anti HBc +++
2. USG : adanya obstruksi ekstra/infra hepatik
3. Endoskopi & esofagografi : u/ melihat varises esofagus & perdarahan sal. Cerna lain
4. Laboratorium : Hb, kolesterol, SGPT,SGOT, alkali fosfatase, Na, K, Cl, bilirubin, globulin, albumin, imunoglobulin
5. Biopsi hati
6. Scanning hati
7. Fisik : ikterus, anemia, spider nevi, eritme, hepatomegali, splenomegalli, asites
KARSINOMA HEPATOSELULAR (KHS)
Merupakan tumor ganas hati tersering (85%) selain kolangiokarsinoma, karsinoma fibrolamelar dan hepatoblastoma
Asia Timur, Asia Tenggara, Afrika Tengah
Di negara maju berhubungan dg HCV
Di negara berkembang berhubungan dg HBV
Laki-laki lebih sering dari pada wanita ? Lebih kerap terpapar dg faktor risiko (alkohol, hepatitis)
FKTOR RSIKO
- HBV (risk 102 x)
- HCV (risk 17x)
- SIROSIS HATI (3-5% SH; makronoduler)
- AFLATOKSIN B1 (RR 3.4; +HBV RR 7à 59)
- OBESITAS (mortalitas 5x dg IMT 35-40)
- DIABETES MELLITIS (risk 2.16)
- ALKOHOL (>50-70 g alkohol/hr)
- Lain-lain
Transformasi maligna hepatosit
melalui:
- peningkatan perputaran hepatosit
yg diinduksi oleh injuri
- Regenerasi kronik dlm bentuk
inflamasi & kerusakan oksidasi
DNA
Perubahan genetik
- kromosom
- aktivasi onkogen seluler
- inkativasi gen supresor tumor
- DNA mismatch
- aktivasi telomerase
- induksi faktor pertumbuhan &
angiogenik
Prinsip terapi KHS
Hingga saat ini prognosis KHS jelek
Survival rate 3-6 bulan paska diagnosis
Terapi:
1. Reseksi hati
2. Transplantasi hati
3. Ablasi tumor perkutan
4. Paliatif : TAE, TACE, chemoterapi sistemik
KOMA HEPATIK
Perubahan status mental mulai dari kelainan psikomotor yg tdk jelas sampai koma akibat gangguan hati.
Faktor Pencetus :
Perdarahan saluran cerna, diet tinggi protein, opstipasi, infeksi
Penyebab
Peningkatan amoniak dlm darah dan otak
Asam lemak rantai pendek (asam butirat, velerat,, & oktatonat toksik thd otak) karena menghambat detoksifikasi amoniak, menghambat sinaps & neuron dlm mengirim impuls
Asam amino : tjd perubahan keseimbangan AAA (fenilalanin, metionin, triptofan) dan BCAA (leusin, valin, isoleusin)à rasio AAA meningkat & BCAA menurun. Hal tsb menyebabkan gangguan neurotransmiter, sumber amoniak,menghambat detoksifikasi amoniak
Glukagon : sekresi glukagon meningkat àmeningkatkan pula pelepasan AAA shg kadar amoniak darah naik.
Untuka mengimbangi diberikan glukosa agar kadar insuin meningkat & menghambat pembentukan glukagon, shg kadar amoniak menurun
Gejala Klinik
Tingkat kesadaran penderita dibagi 4 tingkat:
1. Tk. Prodromal
Tjd perubahan kesadaran & kelakuan yg lain dr biasanya.
Hanya dapat diketahui oleh keluarga dekat/dokter yg merawatnya
Pemeriksaan fisik : tremor halus (cek dg menggambar bintang, ttd)
2.. Tk. Koma yang mengancam (impending coma)
à Gejala pd tk. Prodromal makin jelas, mulai bingung dg berbagai tk disorientasi waktu & tempat, kemampuan bicara & menjawab pertanyaan terganggu, halusinasi pendengaran & visual kadang timbul
3. Tingkat Stupor
Penderita tidur terus walau masih dpt bangun bila dirangsang, kebingungan tampak jelas, inkontinensia.
4. Tingkat Koma Dalam
à Penderita tidak bereaksi lagi terhadap rangsang yg diberikan
Hasil Pemeriksaan
Elektroensefalografi (EEG) : tjd perlambatan aktivitas serebral
Laboratorium : bilirubin, amino transferase meningkat, albumin menurun, uji pembekuan darah menurun, hipokalemia, kadar amoniak tinggi
Menejemen Diit
1. Kalori diberikan cukup
2. Protein :
Pada koma hepatik Tk III & IV pemberian protein dihentikan sementara selama 3-5 hari, stlh itu berikan protein bertahap 10-20 g/hr selama 2-5 hr, stlh keadaan stabil pemberian 40 – 60 g/hr
3. Lemak 20% total kalori (lemak nabati)
4. KH 60 -70% total kalori (diperoleh dr larutan gula 20 – 40% per zonde atau glukosa 10% per infus
5. Suplemen vit B komp, K, D, E, Zn, K
6. Penderita dg edema/asites cairan dibatasi 1 – 1,5 liter/hr
7. Asupan Na batasi 200 mg/hr, kecuali mengkonsumsi obat diuretik
8. Bentuk makanan sesuai keadaan pasien.
Rigkasan
MENEJEMEN DIET HATI
(berbagai Sumber )
SYARAT DIET
1. ENERGI
Energy: 30 - 35 kcal/kg BB kering
BEE x 1.2 to 1.5, tergantung tingkat malnutrisi
ESPEN 1997 Guidelines:
SH tidak komplikasi : 25-35 kkal/kg BB
SH komplikasi
- Malnutrisi 35-40 kkal/kgBB
- Encephalopathy I-II 25-35 kkal/kg BB
- Encephalopathy III-IV 25-35 kkal/kg BB
Hebuterne and schneider: (1999)
- sirosis stabil : 35 – 40 kkal/kg BB kering
- sirosis dg infeksi/komplikasi : 40 kkal/kg BB
Mencegah refeeding syndrome pada pasien SH dengan malnutrisi
Pada pasien dengan ascites menggunakan BB “euvolemic” à untuk mencegah overfeeding
Risiko refeeding : 15-20 kkal/kg BB
Maintenance : 25-30 kkal/kg BB
Anabolism : 30-35 kkal/kg BB
ASAM AMINO PADA SIROSIS HATI
Asam amino aromatik—serum level meningkat
—Tyrosine
—Phenylalanine*
—tryptophan*
Branched-chain amino acids—serum level menurun
—Valine*
—Leucine*
—Isoleucine*
Asam amino lain—serum levels meningkat
—Methionine*
—Glutamine
— Asparagine
— Histidine*
— BCAA à tidak memperparah encephalopathy dan dapat mempertahankan adekuasi protein
— BCAA à digunakan sebagai sumber energi à memperbaiki keseimbangan nitrogen dan anorexia.
Formula yang diperkaya BCAA à bermanfaat untuk pasien yang intoleransi protein dan malnutrisi à memperbaiki protein sintesis dan menurunkan katabolisme“post injury
BCAAà meningkatkan serum albumin. Menurunkan morbiditas dan memperbaiki kualitas hidup
2. PROTEIN
Protein: 1 - 1.5 g/kg BB kering tergantung derajat malnutrisi, malabsorbsi dan stres metabolik
Formula BCAA untuk >grade 2 encephalopathy
ESPEN 1997 Guidelines:
SH tidak komplikasi : 1 – 1,2 g/kg BB
SH komplikasi
- Malnutrisi : 1,5 g/kgBB
- Encephalopathy I-II : Sementara 0.5
à1.0-1.5 Bila prot intoleran
àberi prot nabati/AARC
- Encephalopathy III-IV:0.5-1.2 larutanAA +AARC
3. Lemak dan Karbohidrat
Lemak: 25% - 40% kalori
Diberikan MCT bila steatorrhea ada;
pada kasus berat à pembatasan lemak dan dihentikan jika diarrhea tidak membaik
KH : 60-70% (sisa dari lemak dan protein)
Vitamin/Mineral Deficits in Severe Hepatic Failure
Vitamin A
Vitamin D
Vitamin E
Vitamin K
Vitamin B6
Vitamin B12
Folate
Niacin
Thiamin
Zinc
Magnesium
Iron
Potassium
Phosphorus
SYARAT DIET
Supplementasi : Fe, Zn, Mg
Suplementasi vitamin larut air dan lemak (B1, B12, folate, A, D, E, K)
NATRIUM DAN CAIRAN
Pembatasan natrium dengan edema atau ascites : < 2 g/hari
Pembatasan cairan jika hyponatremia à 750 – 1500 ml
PEMESANAN DIET
MACAM DIIT (penuntun diet lama)
Diit Hati I (DH I)
Makanan cair tanpa protein
Diit Hati II (DH II)
makanan lunak rendah protein(0,5 g/kgBB/h)
Diit Hati III (DH III)
makanan lunak cukup protein (1 g/kg BB/h)
Diit Hati IV (DH IV)
Makanan lunak/biasa tinggi protein(1,5 g/ kg BB /hari
PEMESANAN DIET
MACAM DIET (penuntun diet Baru)
Diit Hati I (DH I)
makanan lunak rendah protein(0,5 g/kgBB/h) à 30 g protein
Diit Hati II (DH II)
makanan lunak cukup protein (1 g/kg BB/h)
Diit Hati III (DH III)
à sirosis hati yang nafsu makannya sudah baik. Makanan lunak/biasa
Monitoring evaluasi
Antropometri: LLA, BB, lingkar perut
Fisik klinis: asites, oedem, tensi, Hematemesis, melena
Laboratorium: Alb, Hb, AST, ALT
Ketaatan diet
Perubahan kebiasaan
Pengetahuan ttg makanan
PENDIDIKAN GIZI
Makanan porsi kecil dan adanya makanan selingan
Perlu Adanya snack malam
Menghindari pembatasan protein kecuali dengan ensefalopati
Memberikan makanan yang sesuai dengan kemampuan mengunyah dan menelan
Mengurangi mknn bergas.
Minggu, 04 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar